مينا
تخطى إلى المحتوى الرئيسي

المشاركات المكتوبة بواسطة Halo Muda

  • Halo Muda
  • الاثنين، 27 أكتوبر 2025، 1:19 AM

Akhir tahun selalu punya suasana yang khas.
Udara terasa lebih lembut, langit lebih teduh, dan hati kita entah kenapa jadi lebih mudah melankolis.
Mungkin karena waktu perlahan menutup satu bab, dan kita mulai bertanya-tanya: “Sudah sejauh ini, aku belajar apa?”

Orang-orang berbondong-bondong menyiapkan liburan. Ada yang memesan tiket jauh-jauh hari, ada yang berburu diskon hotel, ada juga yang sibuk membuat daftar resolusi tahun depan.
Lucunya, kita sering begitu sibuk menyiapkan awal, tapi lupa memberi makna pada penutup.

Padahal, setiap akhir selalu butuh cara untuk dirayakan — bukan dengan pesta besar, tapi dengan keheningan kecil di dalam hati.


1. Akhir Tahun Bukan Tentang Lari, Tapi Tentang Diam

Kita terbiasa berlari: mengejar target, mimpi, validasi.
Sampai suatu titik, tubuh dan pikiran menuntut berhenti.
Dan akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk itu — berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu menatap kembali perjalanan yang sudah dilewati.

Mungkin ada hal yang belum tercapai.
Tapi bukankah setiap kegagalan juga bentuk pelajaran yang dibungkus dengan sabar?

Kadang, yang kita butuh bukan solusi, tapi ruang untuk menerima.
Diam bukan kalah — diam itu istirahat.


2. Ada Banyak Cara Menutup Tahun

Bagi sebagian orang, akhir tahun identik dengan healing trip.
Ada yang memilih naik gunung, mengunjungi pantai, atau sekadar rebahan di rumah sambil menonton film favorit.
Dan itu sah-sah saja.

Tapi ada juga yang mencari sesuatu yang lebih dalam — sesuatu yang tak bisa dibeli dengan tiket promo atau dibingkai di Instagram Story.
Mereka mencari kedamaian.
Mereka memilih pergi ke Tanah Suci.


3. Umroh: Perjalanan Spiritual di Ujung Tahun

Ketika sebagian dunia menyalakan kembang api, sebagian lainnya justru melangkahkan kaki ke Masjidil Haram.
Mereka datang bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk menenangkan hati yang selama ini lelah.

Bagi banyak orang, umroh desember 2025 jadi momen paling berarti.
Udara Makkah yang sejuk, gema doa yang menggema di setiap penjuru, dan suasana damai yang sulit dijelaskan dengan kata-kata — semuanya menghadirkan rasa pulang yang sesungguhnya.

Umroh di akhir tahun adalah simbol: kita menutup tahun bukan dengan pesta, tapi dengan sujud.
Kita tak butuh kembang api, karena cahaya Ka’bah sudah cukup menerangi hati.


4. Tentang Doa, Syukur, dan Kedewasaan

Akhir tahun seringkali mengajari kita satu hal penting: bahwa hidup tak melulu tentang to-do list.
Kadang, cukup dengan to-feel list: hal-hal kecil yang membuat hati hangat.

Seperti rasa syukur ketika keluarga masih lengkap, tawa kecil di meja makan, atau bahkan doa yang kita bisikkan pelan saat malam menjelang.

Mungkin ini saatnya kita belajar bersyukur tanpa syarat.
Bukan karena semua berjalan sesuai rencana, tapi karena kita masih diberi kesempatan untuk mencoba lagi.


5. Menutup Tahun, Membuka Hati

Ada sesuatu yang ajaib dari momen akhir tahun.
Ia selalu membuat kita lebih manusiawi — lebih jujur, lebih lembut, lebih tahu arti kehilangan dan penerimaan.

Dan mungkin, inilah waktu yang tepat untuk mengucap “terima kasih” — bukan hanya pada orang lain, tapi pada diri sendiri yang sudah bertahan sejauh ini.

Kita tidak perlu sempurna untuk memulai tahun baru.
Cukup jadi versi diri yang lebih damai.
Karena damai adalah pondasi dari segalanya — bahkan lebih penting dari resolusi apa pun.


6. Tahun Berganti, Tapi Doa Tetap Sama

Waktu akan terus berjalan. Tahun akan berganti.
Namun ada satu hal yang tidak berubah: keinginan untuk dekat dengan Allah سبحانه وتعالى.

Dan di situlah letak makna sebenarnya dari perjalanan ini.
Baik kamu menutup tahun di tengah hiruk pikuk kota, di pelukan keluarga, atau di Tanah Suci — semuanya bermuara pada hal yang sama: keinginan untuk pulang.

Pulang ke hati yang tenang.
Pulang ke niat yang bersih.
Pulang pada-Nya.


Penutup:
Akhir tahun tak selalu perlu gegap gempita. Kadang, cukup dengan secangkir kopi, selembar doa, dan niat untuk jadi manusia yang lebih lembut dari kemarin.
Dan jika langkahmu membawamu menuju Makkah di penghujung tahun nanti, mungkin itulah hadiah terbaik dari semua perjalanan panjang: kesempatan untuk kembali, dan menemukan arti pulang yang sesungguhnya.